Selasa, 13 Juli 2010

Perjalanan Caving Dalam Profesi
Oleh : Arifudin “V-NO”

Diklat Profesi merupakan program rutinitas MAPALA Londa dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Anggota agar dapat menjadi seorang yang berprofesional disegala bidang sesuai dengan tuntutan zaman. Disamping itu, Diklat Profesi juga termasuk salah satu persyaratan utama bagi anggota yang baru bergabung di mapala londa (anggota muda) untuk naik ke tingkat yang lebih atas lagi yaitu anggota biasa sehingga mampu membawa organisasi kedepan yang lebih maju lagi.

Perjalanan Panjang Diklat Profesi Divisi Caving Tahun 2010 bertempat di Gunung Parewa Desa Kelly Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Perjalanan ini membawa misi selain sebagai pelatihan untuk Anggota Muda juga melakukan survey lokasi untuk kegiatan Caving selanjutnya. Perjalanan ini dipandu langsung oleh Divisi Caving 010-2011 (Marjuli) sebagai pembina sekaligus mentor dan beberapa peserta antara lain Mudasir, Muhri dan Abubakar dan Arifudin sebagai bagian dari tim kecil yang bertugas sebagai pengntrol pelaksanaan kegiatan di lapangan. Perjalanan Caving berlangsung selama 3 hari yaitu mulai pada hari Minggu (5/7) sampai hari Selasa (6/7) 2010. ini merupakan hal yang ke-dua kali Tim Caving MAPALA Londa STKIP Bima melakukan Eksplorasi di Goa Parewa setelah Tim Caving Londa melakukan Latgab bersama MAPALA UI di Tahun 2001 silam.

Gunung Parewa merupakan salah satu pegunungan yang ada di wilayah Kabupaten Bima dengan ketinggian sekitar 600 Mdpl yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan terutama pada kawasan karts dan hutannya, itulah yang mendorong kami untuk melakukan Ekslorasi goa di Gunung Parewa ini. Hutan di gunung ini sudah mengalami Degradasi yang cukup memprihatinkan dan butuh kesadaran manusia untuk melestarikannya. Goa di Gunung Parewa sangat terkenal dengan sarang Burung Sariti sehingga menarik perhatian Masyarakat sekitar dan banyak Masyarakat menjadi pemburu Sarang Sariti untuk dijual seharga Rp.150.000-Rp.300.000/kg dan bahkan ada juga yang mengambil anak burung untuk dikonsumsi. Padahal kalau terus menerus diambil sarang dan burungnya maka burung tersebut akan lenyap bersama alam dan kemungkinan besar anak cucu kita sebagai generasi penerus akan mengenal burung sariti melalui gambar saja, apalagi pohon-pohon besar yang ada di hutan Parewa setiap hari di tebang oleh oknum-oknum yang tidak bertangung jawab sehingga mata air di pegunungan tersebut kian hari terus mengering. Ini membuat kami sangat memprihatinkan dengan keadaan bima yang semakin lama semakin memburuk dan tanpa adanya upaya pemerintah untuk menjaga dan melestarikan alam mungkin atu dekade lagi bima akan menjadi daerah yang panas kering tampa pepohonan.

Sekitar pukul 13:00 wita, kami mulai melakukan Eksplorasi di Goa pertama yang kami sebut Korombo Temba (Goa Sumur). Dan Eksplorasi di goa ini tidak dapat kami lanjutkan karena dindingnya licin sehingga sulit untuk membuat tambatan sebagain lintasan pada pits yang ke-dua. Setelah selesai evaluasi dan hari sudah sore, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan tidur. Keesokan hari, kami melanjutkan aktifitas di goa yang ke-dua yang kami sebut dengan karombo nangga (goa nangka). Goa inipun tidak dapat ditelusuri sampai lantai lantaran tali kernmantel yang kami bawa berukuran 50 m tidak mencapai lantai goa. Hal ini membuat kami semakin penasaran dan mendapatkan pelajaran baru untuk selalu menyadari dengan keterbataan pealatan yang dimiliki tampa harus mengedepankan kemampuan karena walaupun kami memiliki kemampuan yang mahir akan tetapi peralatam tidak mendukung itu sama halnya dengan bohong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar